Wednesday, 5 August 2015

#FRIENDSHIP



Feel like a magic, I eventually realize that having nice besties is such a blessing. We run the same way and you guys have made my days. Feeling grateful :*


Tuesday, 4 August 2015

Air Terjun dan Goa Jepang Pundong, Saksi Atas Refleksi Perjalanan

“Nothing’s Impossible!” Kawan, familiarkah telinga kita dengan peribahasa  tersebut? Sepertinya kita akan menjawab “IYA”,  sesuatu yang terlihat sulit menjadi mudah untuk dicapai jika kita percaya. “Nothing’s Impossibe” yang dalam bahasa Indonesia berarti “ Tak ada yang tak mungkin”.

Kemudian, jika peribahasa ini diucapkan oleh diri kita pribadi, pertanyaannya adalah sudahkah kita mampu melawan rasa pesimis pada diri kita dalam menghadapi hal yang sulit? Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, jika kita mempercayainya dan mau memperjuangkannya dengan sabar.

Saya pun pernah  belajar dari pepatah tersebut saat mengayuhkan sepeda. Merupakan hasil refleksi saya akan suatu pengalaman bersepeda yang tidak akan pernah terlupakan. Pengalaman tersebut adalah pengalaman bersepeda ke daerah Pundong dengan menggunakan sepeda yang sebenarnya kurang tepat digunakan pada medan yang saya tempuh ini.

Bersama dengan tiga teman saya (mereka adalah Primasta, Rake, dan Dito), kami hendak melakukan perjalanan bersepeda menuju Air Terjun Pundong. Saya menggunakan sepeda WimCycle Vulcan yang merupakan sepeda lama saya yang shifternya sudah tidak berfungsi. Karena menurut informasi yang saya dapat bahwa medan menuju tempat tujuan tidak berat, maka saya berani menggunakan sepeda itu.

Dalam perjalanan, kami menyusuri hamparan sawah nan hijau di sepanjang pedesaan daerah Bantul. Kami menerobos jalan-jalan perkampungan di daerah Bantul. Dari perempatan Manding kami bergerak ke kiri menuju arah Pundong. Begitu sampai di perempatan Pundong kami  lurus ke selatan hingga menjumpai jembatan gantung Soka Pundong  yang menjembatani Desa Seloharjo dan Desa Srihardono.

Saat kami melewati Jembatan gantung Pundong, kami mengambil beberapa foto sebentar. Kami tak mau melewatkan pemandangan keren dari jembatan ini. Jembatan dengan latar belakang perbukitan ini cukup bagus pemandangannya. Sepedaku aman, pikirku. Dengan bermodalkan sepeda lawas , saya cukup puas bisa bersepeda hingga menjangkau tempat ini.

Cukup puas mengambil foto di jembatan Pundong, kami bergerak ke arah kiri jembatan. Ada dua tanjakan yang harus ditaklukkan. Disinilah saya mulai diuji untuk menaklukkan tanjakan. Tanjakan bisa saya lewati meski dengan mengeluarkan cukup tenaga. Sepeda saya masih bisa diajak kompromi lagi, berarti masih aman, pikir saya lagi.


Jalanan beraspal yang kami lewati berubah jadi jalan berbatu dan licin ketika memasuki dusun Bobok Tempel, desa Seloharjo. Saat ada jalan menuju SD Muhammadiyah Kalinampu kami masuk  dan lurus mengikuti jalan tersebut hingga menjumpai gapura. Inilah tantangan yang kedua, dimana saya harus menuntun sepeda  saat melewati medan off-road (licin dan berbatu). Akses jalan yang berbatu dan licin cukup menyulitkan kami sehingga kami pun harus nuntun pit sampai ke tujuan.


Saat sudah sampai tujuan, kami cukup senang karena air terjunnya deras dan tidak ramai pengunjung. Air terjun ini belum banyak dikenal. Masyarakat sekitar juga belum mengembangkannya sebagai obyek wisata. Sayang sekali menurut saya karena air terjun ini cukup indah. Air terjunnya cukup tinggi dan airnya cukup deras. Saya berharap masyarakat sekitar segera tergerak untuk mengembangkan air terjun ini.


 
                                       
Cukup senang sudah bisa menginjakkan kaki di Air Terjun Pundong, teman saya lalu mengajak melanjutkan perjalanan menuju Goa Jepang Pundong. Ajakannya saya terima karena katanya Goa Jepang Pundong berada tak jauh dari air terjun Pundong. Maka, bergegaslah kami menuju Goa Jepang Pundong.

 Dari air terjun Pundong kembali ke jalan arah selatan menuju ke jalan Parangtritis (jalan masuk ke timur jembatan Kretek).  Kami Ikuti  jalan aspalnya hingga tak lama kemudian dapat dijumpai papan penunjuk arah lokasi Goa Jepang setelah tanjakan.

Menurut info yang saya dapat dari www.Wikipedia.org, Goa Jepang Pundong ini terletak di dusun Ngreco, dan Poyahan, Desa Seloharjo, Pundong, Bantul. Goa ini merupakan salah satu peninggalan Jepang di Yogyakarta pada masa Perang Dunia II. Dibangun di atas bukit dan berfungsi sebagai tempat persembunyian tentara Jepang.

Saya kembali diuji saat menuju Goa Jepang Pundong. Sepanjang perjalanan menuju Goa Jepang adalah jalur yang berupa tanjakan dengan tebing dan jurang yang menjulang di sisi jalan dan jurang di sisi lainnya. Ibarat menjalani hidup, setiap manusia pasti akan mendapat ujian. Di sinilah kesabaran dan semangat saya dipertaruhkan. Tanjakan demi tanjakan, tikungan demi tikungan, bahkan beberapa tanjakan maut harus saya nikmati. Saya lebih sering nuntun sepeda daripada menaikinya. Selain karena sepeda saya tidak mumpuni untuk medan tanjakan, waktu itu saya juga sedang belajar bersepeda nanjak. 




Lantaran energi saya banyak terkuras saat menikmati tanjakan, saya pun berhenti istirahat tiga kali. Sempat terpikir untuk tidak melanjutkan perjalanan karena ada warga sekitar yang menyarankan demikian. Medan serta panjang lintasan tanjakan yang tidak mumpuni untuk sepeda saya. Ah, lemah sekali semangat saya. Namun, dukungan dari teman-teman akhirnya dapat membesarkan hati untuk terus melanjutkan perjalanan. Saya anggap tanjakan-tanjakan itu sebagai teman perjalanan yang harus dinikmati, bukan sebagai lawan yang harus ditaklukkan.


Setelah berjuang melalui beberapa tanjakan akhirnya kami sampai di lokasi goa jepang yang pertama.  Goa Jepang ini terdiri dari enam belas goa yang berderet hingga sampai di puncak perbukitan. Beranjak dari goa pertama, saya lanjutkan untuk menjelajah ke goa-goa lainnya.




Perjalanan yang menguras banyak energi ini terbayarkan dengan adanya pemandangan yang indah begitu sampai di puncak bukit Pundong yang menghadap Pantai Parangtritis. Di sini, saya dimanjakan oleh pemandangan syahdu Goa Jepang yang berhiaskan pemandangan Pantai Parangtritis serta rimbunnya pohon di sekitar bukit. Seakan-akan saya enggan pindah dari tempat ini. Setelah terpuaskan oleh pemandangan indah ini, kami lalu turun bukit dan kembali pulang.
#Pemandangan dari puncak bukit Pundong yang sangat indah

Suatu pengalaman memang selalu membawa pelajaran atas hasil refleksi terhadap apa yang telah terjadi. Ya, cukup membukakan mata saya bahwa kemudahan tidak datang dengan cuma-cuma.  Kemudahan akan datang sesudah kesulitan. Sebenarnya, kalimat "tak ada yang tak mungkin / nothing’s  impossible" akan menjadi lebih bijak jika di lengkapi menjadi "tak ada yang tak mungkin sebelum dicoba dan jika tak mengenal putus asa". Meski dalam pengalaman saya ini baiknya saya seharusnya perlu mengetahui dahulu gambaran medan yang hendak ditempuh. Adalah sangat penting untuk menyesuaikan jenis sepeda yang hendak dipakai dengan medan yang akan ditempuh. Setidaknya untuk meminimalisir segala resiko yang bisa terjadi.

Akhir cerita, mungkin  apa yang pernah diutarakan oleh R.A. Kartini di bawah ini bisa menjadi pegangan hidup kita:
“Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan daaing karena kamu selangkah lagi untuk menang,” RA Kartini

Tidak ada perjuangan yang sia-sia, begitu pun saat kita bersepeda.  Ambil sepedamu dan teruslah berjuang mengayuhnya hingga sampai di tujuan :)