Monday, 29 June 2015

"Pencinta Alam", Bergeser Makna kah?

“Pencinta Alam”, Bergeser Makna kah?

Apakah Anda sering merasa risih ketika menjumpai sampah yang berserakan di sepanjang destinasi wisata yang Anda kunjungi? Apapun bentuk sampahnya, mulai dari sampah bungkus makanan minuman hingga sampah visual (poster, coret-coretan) pasti sampah itu membuat pemandangan jadi tidak enak dipandang. Ditambah lagi perusakan cagar alam oleh oknum-oknum tertentu yang menurut saya sudah di luar kewajaran.

Dalam kesempatan ini, saya hendak menyampaikan pandangan saya tentang apa yang kita kenal dengan istilah “pencinta alam” dengan merefleksikan pengalaman saya selama ini. Sejak saya duduk di bangku SMA, yang terlintas dalam benak saya akan “pencinta alam” adalah seseorang yang sangat kagum dan cinta dengan alam sehingga kelestarian alam pun dijaga. Mereka juga seorang yang tangguh bertahan hidup di alam karena mempunyai bekal keterampilan penyelamatan diri di alam bebas.

Kini sepertinya banyak orang yang kini berlomba-lomba menjadi “pencinta alam”. Banyak orang yang terbawa dalam euforia kegiatan piknik/jalan-jalan/tamasya/travelling. Dengan dalih mencintai alam, orang-orang kini banyak yang berkedok sebagai “pencinta alam sejati”. Berfoto ria dengan latar belakang tempat wisata  lantas mengunggahnya di media sosial untuk menunjukkan eksistensinya mencintai alam.

#Foto hanya sebagai ilustrasi :)

Sayangnya, kegiatan piknik ke berbagai wisata alam kini justru jauh dari pandangan saya tentang seorang “pencinta alam” yang sejati. Banyak pelancong yang justru membawa mudharat dan tidak membawa manfaat bagi alam. Sampah berserakan di setiap sudut tempat. Pelancong yang mengendarai kendaraan bermotor meningkat (polusi udara pun meningkat). Kerusakan alam akibat ulah manusia tak terelakkan lagi. Di sini saya tidak bermaksud menyudutkan atau menghakimi siapapun. Saya hanya ingin merefleksikan pengalaman saya selama ini. Kini istilah “pencinta alam” telah mengalami pergeseran makna. Banyak yang mengklaim diri sebagai pencinta alam karena sering melakukan aktivitas mendaki gunung, menyusuri pantai, menyusuri goa, dan lain-lain meski perilakunya tidak mencerminkan “pencinta alam sejati”. Lantas sudah pantaskah kita menjadi pencinta alam? 

Belum lama ini kita dikejutkan dengan peristiwa jebolnya tebing di Pantai Sadranan serta meninggalnya Erry Yunanto di kawah Merapi. Di saat banyak orang larut dalam hingar-bingar piknik ke pantai dan mendaki gunung, Tuhan menunjukkan kebesaran-Nya dengan mengingatkan umat-Nya.

Setelah saya merefleksikan semua pengalaman saya, kini yang jadi perhatian saya adalah bagaimana kita sebagai seorang pelancong bisa bertanggungjawab terhadap alam atau tempat yang dikunjungi. Tiap pelancong mempunyai cara masing-masing dalam mengunjungi destinasi wisata. Entah itu mau berwisata dengan bergowes ria, dengan “backpackeran” , atau pun dengan bergabung dengan paket wisata agen tertentu. Tujuan mengunjungi tempat wisata juga beragam; ada yang ingin mencari tantangan, mencari hiburan, observasi, liputan, dan lain-lain. Kegiatan foto-foto juga sah-sah saja karena tentu kita semua ingin mendokumentasikannya. Tak munafik, saya pun juga hobi foto di tempat wisata. Semua itu tidak ada yang dilarang karena yang terpenting adalah cara menunjukkan sikap bijak kita terhadap lingkungan.

Cukup belajar dari apa yang kita lihat dan bisa lakukan di tempat yang kita kunjungi. Di sini saya mencoba menjabarkan akan hal apa saja yang bisa kita lakukan di tempat yang dikunjungi untuk menjaga alam:
1.      Jangan meninggalkan sampah
Hal tersebut adalah hal sederhana yang bisa dilakukan untuk merawat lingkungan namun sering kali orang malas melakukan. Seberapa susahnya sih membuang sampah pada tempatnya? Sangat saya sarankan untuk membawa kantong plastik dari rumah untuk membuang sampah karena tidak semua tempat wisata menyediakan tempat sampah. Sampah dari bekal yang dibawa bisa dimasukkan ke tempat sampah atau ke kantong plastik (jika tidak disediakan tempat sampah).

2.      Memungut sampah yang berserakan
Meskipun bukan kita yang membuang sampah sembarangan, namun alangkah baiknya jika kita sadar diri untuk memungutinya. Jangan biarkan sampah menggunung. Ide kegiatan pungut sampah yang dicetuskan salah satu teman pesepeda, Wilian Bike, saya rasa sangat positif untuk menjaga kelestarian lingkungan. Lanjutkan nak :)


#Kegiatan pungut sampah

3.      Kurangi penggunaan plastik
Seperti yang kita tahu bahwa plastik itu susah diurai. Oleh karena itu, saya sarankan untuk membawa tas kain dari rumah untuk membawa bekal makanan dan minuman.
4.      Jangan meninggalkan coret-coretan
Untuk apa meninggalkan coretan pada tempat yang dikunjungi kalau hanya akan merusak lingkungan?
5.      Meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi alam
Tinggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi alam sebelum kita pulang. Kegiatan “Gerakan Oemoem 1 Maret Tanam Pohon” di hutan pinus yang diselenggarakan belum lama ini adalah contohnya. Gerakan penanaman pohon ini salah satu wujud dari kepedulian kita pada alam. Di kegiatan ini, masing-masing peserta mendapat satu bibit pohon bakau yang ditanam di hutan wisata Mangunan.

#Tanam pohon di Mangunan

Mungkin masih ada banyak upaya lain yang bisa kita lakukan di tempat wisata yang dikunjungi. Tujuannya sama, untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Pada dasarnya, alam berlaku adil terhadap manusia.Jika kita tulus mencintai alam dengan merawatnya, alam pun akan lebih mencintai kita. Cintailah alam sekarang juga sebelum alam akan menghukummu. Lantas, apakah kamu sudah layak menyebut diri sebagai “pencinta alam”? Atau hanya sekedar “penikmat alam”?


4 comments:

  1. Aku apa ya ?
    Pecinta atau penikmat ya ?

    ReplyDelete
  2. yup yup..setuju banget nih :) dengan berwisata tetap harus menjaga kenidahan alam,,good~


    www.elementmtb.com

    ReplyDelete