Sepenggal lagu di atas adalah lagu berjudul Anak Gembala yang
ditembangkan oleh mantan artis cilik yang kini tengah beranjak remaja
bernama Tasya. Semasa aku kecil hingga aku duduk di bangku kelas 6 SD,
lagu tersebut selalu kudendangkan setiap liburan sekolah tiba. Dengan
riang gembira, kunyanyikan lagu anak-anak tersebut bersama kawan-kawan
yang lain.
Tak hanya lagu anak-anak milik Tasya saja yang menghiasi masa-masa
kecilku waktu itu. Dulu, aku juga suka menyanyikan lagu-lagunya Joshua
seperti Air, Cita-citaku dan lain-lain. Juga ada penyanyi cilik Boboho
yang membuat aku gemas lantaran tubuhnya yang tambun, pipinya yang
chubby, kepalanya yang botak dan kaca matanya yang bulat. Sungguh indah
nan menyenangkan masa kecilku dulu.
TASYA dengan lagu andalannya, Anak Gembala
Namun, aku sering mengeluskan dada mengetahui apa yang terjadi dengan
dunia kanak-kanak kini. Jangankan mempunyai idola penyanyi-penyanyi
cilik, anak-anak zaman sekarang saja jarang yang menyanyikan lagu
anak-anak. Faktor utama penyebab terjadinya hal itu karena sedikitnya
kaderisasi penyanyi cilik setelah Tasya, Joshua, Chikita Meidy dan
kawan-kawan berkarya. Bisa dihitung dengan jari jumlah penyanyi cilik
yang mewarnai dunia musik Indonesia saat ini. Selain itu, kini penyanyi
cilik juga kurang mendapat perhatian. Padahal dulu, deretan nama-nama
penyanyi cilik seperti Joshua, Tasya, Sherina , Nikita selalu menghiasi
media cetak dan media elektronik negeri ini. Ya, kini mereka sudah
beranjak remaja dan sudah meninggalkan dunia lagu anak-anak yang
melambungkan nama mereka dan blantika musik Indonesia
Kini, blantika musik Indonesia diwarnai dengan lagu-lagu sasaran
remaja dan dewasa yang notabene bertema percintaan. Tak sedikit dari
mereka yang menyanyikan lagu-lagu bertemakan percintaan tersebut karena
sudah tidak ada lagi penyanyi anak-anak yang bisa ditiru nyanyian dan
juga gayanya. Lagu-lagu percintaan dan musisi yang menyanyikannya
memberi banyak pengaruh negatif pada anak-anak. Anak-anak menjadi
termotivasi untuk merasakan yang namanya pacaran seperti yang
diungkapkan di lagu-lagu percintaan tersebut. Jangan heran jika kini
sering kita temui anak kecil yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar
sudah sering gonta-ganti pacar. Anak kecil sudah mengenal istilah “
galau “, istilah “ jatuh cinta “ atau istilah “ putus cinta “.
Banyak juga dari mereka yang tidak merasakan indahnya masa-masa kecil
karena aktivitas mereka digantikan oleh aktivitas yang sering dilakukan
oleh remaja dan dewasa seperti pergi bersama pacar, nonton bersama pacar
dan lain-lain.
Tak hanya itu, didominasinya musisi remaja dan dewasa dalam blantika
musik Indonesia juga berpengaruh dalam penampilan yang diterapkan
anak-anak. Musisi remaja atau dewasa yang sering berpenampilan metal,
berpenampilan rapper atau berpenampilan seksi ternyata banyak ditiru
juga oleh anak-anak. Penyanyi metal yang sering memakai rantai di
pinggangnya atau memasang perching di lidahnya rupanya menarik perhatian
anak-anak juga. Begitu juga dengan musisi perempuan yang kerap
mengenakan pakaian seksi membuat anak-anak berani mencobanya juga.
Orang tua manakah yang tidak resah dengan adanya perubahan-perubahan
negatif pada anak-anaknya seperti yang telah diungkapkan di atas ? Tentu
tidak ada kan. Maka dari itu, sebelum hal-hal yang tidak diharapkan di
atas terjadi, harus ada bimbingan ekstra berbagai pihak terutama yang
terkait langsung dengan anak-anak seperti keluarga dan guru di sekolah.
Keluarga anak-anak tersebut merupakan guru pertama dan yang paling
utama karena merekalah yang selalu berkomunikasi dengan mereka.
Keluarga harus memberikan proteksi ekstra pada anak-anaknya. Seperti
contohnya, mengajari anak-anak mereka dengan lagu anak-anak seperti
Pelangi, Naik-naik ke Puncak Gunung, Cicak di Dinding, atau juga bisa
diajarkan lagu anak-anak milik mantan penyanyi cilik seperti Anak
Gembala ( Tasya ) dan Air ( Joshua ). Orang tua juga harus
senantiasa memperhatikan tingkah laku anak-anaknya. Jangan sampai
anak-anak meniru percintaan seperti pada lagu-lagu percintaan, Bergaul
dan berpacaran boleh saja asal ingat batasannya karena mereka masih
kecil. Begitu juga dengan para guru di sekolah , mereka juga harus
mengajarkan pada anak didiknya lagu anak-anak dan menanamkan pada mereka
moral yang benar.
Selain itu, produser musik juga harus mengembangkan penyanyi-penyanyi
cilik dengan lagu-lagu yang khas anak-anak. Dengan gencarnya mengekspos
musisi anak-anak beserta lagu anak-anaknya tentu akan mendapat respon
positif dari masyarakat, terutama dari para orang tua karena mereka
senang ada lagu yang pantas dinyanyikan anak-anak mereka.
Ya, kita berdoa saja agar lekas ada penyanyi-penyanyi cilik dengan
membawakan lagu anak-anak. Tentu anak-anak juga akan merasa senang
karena dapat menyanyikan lagu anak-anak yang sesuai dengan umur mereka
dan mereka pun dapat menikmati masa-masa indah mereka di kala kecil.
No comments:
Post a Comment