Thursday, 18 June 2015

Redupnya Lagu Anak-Anak Dari Blantika Musik

“ Aku adalah anak gembala, selalu riang serta gembira. Karena senang bekerja, tak pernah malas atau pun lengah. Lalalalalala “

Sepenggal lagu di atas adalah lagu berjudul Anak Gembala yang ditembangkan oleh mantan artis cilik yang kini tengah beranjak remaja bernama Tasya. Semasa aku kecil hingga aku duduk di bangku kelas  6 SD, lagu tersebut selalu kudendangkan setiap liburan sekolah tiba. Dengan riang gembira, kunyanyikan lagu anak-anak tersebut bersama kawan-kawan yang lain.

Tak hanya lagu anak-anak milik Tasya saja yang menghiasi masa-masa kecilku waktu itu. Dulu, aku juga suka menyanyikan lagu-lagunya Joshua seperti Air, Cita-citaku dan lain-lain. Juga ada penyanyi cilik Boboho yang membuat aku gemas lantaran tubuhnya yang tambun, pipinya yang chubby, kepalanya yang botak dan kaca matanya yang bulat. Sungguh indah nan menyenangkan masa kecilku dulu.

TASYA dengan lagu andalannya, Anak Gembala

Namun, aku sering mengeluskan dada mengetahui apa yang terjadi dengan dunia kanak-kanak kini. Jangankan mempunyai idola penyanyi-penyanyi cilik, anak-anak zaman sekarang saja jarang yang menyanyikan lagu anak-anak. Faktor utama penyebab terjadinya hal itu karena sedikitnya kaderisasi penyanyi cilik setelah  Tasya, Joshua, Chikita Meidy dan kawan-kawan berkarya. Bisa dihitung dengan jari jumlah penyanyi cilik yang mewarnai dunia musik Indonesia saat ini. Selain itu, kini penyanyi cilik juga kurang mendapat perhatian. Padahal dulu, deretan nama-nama penyanyi cilik seperti Joshua, Tasya, Sherina , Nikita selalu menghiasi media cetak dan media elektronik negeri ini. Ya, kini mereka sudah beranjak remaja dan sudah meninggalkan dunia lagu anak-anak yang melambungkan nama mereka dan blantika musik Indonesia

Kini, blantika musik Indonesia diwarnai dengan lagu-lagu sasaran remaja dan dewasa yang notabene bertema percintaan. Tak sedikit dari mereka yang menyanyikan lagu-lagu bertemakan percintaan tersebut karena sudah tidak ada lagi penyanyi anak-anak yang bisa ditiru nyanyian dan juga gayanya. Lagu-lagu percintaan dan musisi yang menyanyikannya memberi banyak  pengaruh negatif pada anak-anak. Anak-anak menjadi termotivasi untuk merasakan yang namanya pacaran seperti yang diungkapkan di lagu-lagu percintaan tersebut. Jangan heran jika kini sering kita temui anak kecil yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar sudah sering gonta-ganti pacar. Anak kecil sudah mengenal istilah “ galau “, istilah “ jatuh cinta “ atau istilah “ putus cinta “. Banyak juga dari mereka yang tidak merasakan indahnya masa-masa kecil karena aktivitas mereka digantikan oleh aktivitas yang sering dilakukan oleh remaja dan dewasa seperti pergi bersama pacar, nonton bersama pacar dan lain-lain.

Tak hanya itu, didominasinya musisi remaja dan dewasa  dalam blantika musik Indonesia juga berpengaruh dalam penampilan yang diterapkan anak-anak. Musisi remaja atau dewasa yang sering berpenampilan metal, berpenampilan rapper atau berpenampilan seksi ternyata banyak ditiru juga oleh anak-anak. Penyanyi metal yang sering memakai rantai di pinggangnya atau memasang perching di lidahnya rupanya menarik perhatian anak-anak juga. Begitu juga dengan musisi perempuan yang kerap mengenakan pakaian seksi membuat anak-anak berani mencobanya juga.



Orang tua manakah yang tidak resah dengan adanya perubahan-perubahan negatif pada anak-anaknya seperti yang telah diungkapkan di atas ? Tentu tidak ada kan. Maka dari itu, sebelum hal-hal yang tidak diharapkan di atas terjadi, harus ada bimbingan ekstra berbagai pihak terutama yang terkait langsung dengan anak-anak seperti keluarga dan guru di sekolah.

Keluarga anak-anak tersebut merupakan guru pertama  dan yang paling utama karena merekalah yang selalu berkomunikasi  dengan mereka. Keluarga harus memberikan proteksi ekstra pada anak-anaknya. Seperti contohnya, mengajari anak-anak mereka dengan lagu anak-anak seperti Pelangi, Naik-naik ke Puncak Gunung, Cicak di Dinding, atau juga bisa diajarkan lagu anak-anak milik mantan penyanyi cilik seperti Anak Gembala ( Tasya ) dan Air ( Joshua ). Orang tua juga harus senantiasa memperhatikan tingkah laku anak-anaknya. Jangan sampai anak-anak meniru percintaan seperti  pada lagu-lagu percintaan, Bergaul dan berpacaran boleh saja asal ingat batasannya karena mereka masih kecil. Begitu juga dengan para guru di sekolah , mereka juga harus mengajarkan pada anak didiknya lagu anak-anak dan menanamkan pada mereka moral yang benar.

Selain itu, produser musik juga harus mengembangkan penyanyi-penyanyi cilik dengan lagu-lagu yang khas anak-anak. Dengan gencarnya mengekspos musisi anak-anak beserta lagu anak-anaknya tentu akan mendapat respon positif dari masyarakat, terutama dari para orang tua karena mereka senang ada lagu yang pantas dinyanyikan anak-anak mereka.

Ya, kita berdoa saja agar lekas ada penyanyi-penyanyi cilik dengan membawakan lagu anak-anak. Tentu anak-anak juga akan merasa senang karena dapat menyanyikan lagu anak-anak yang sesuai dengan umur mereka dan mereka pun dapat menikmati masa-masa indah mereka di kala kecil.

No comments:

Post a Comment