Tuesday, 30 June 2015

MELACUR (Melakukan Curahan Hati)

Do you feel like in these situations? :

1. You start having a serious conversation with your pals. You are no longer converse about silly moments, nonsense things, straw, and sort of it frequently. The conversation will mostly about how to graduate soon, how to grab a job soon, how to make much money, how to get your lover’s attention (?), and many others. 
2. You get your friends upload the photos of being graduated, being married, being in the work place and also having a baby at your social media accounts. Your timeline will be filled by those kinds of photos.

3. You never ask money from your parents anymore. They feel like they reluctant to give you money or they just warn you to make money by yourself.
4. You reflect what you did in the past. None can be repeated. The reflection will bring you to think what should we do and act in this period.



If you now experience these, let me say “Welcome to the adulthood”. Time is ticking. All we can do is doing as best as we can in this time. Just be calm, none can be worried about. As we struggle hard, the easy life will allow us to get it.

Monday, 29 June 2015

BLOG BARU

Dengan rendah hati, izinkan saya berbagi cerita tentang pengalaman saya sehari-hari dan menulis tentang berbagai artikel di blog ini. Blog ini sangat sederhana. Berisi tentang pengalaman gowes saya, pengalaman saya sehari-hari, artikel pendidikan, dan lain-lain yang dikemas dengan bahasa santai.

Blog ini baru berusia dua minggu. Saya buat blog baru karena blog yang lama terlantar sehingga lupa passwordnya. Hahaha.

Dengan senang hati, saya menerima masukan dari teman-teman yang membacanya karena blog ini masih baru dan jauh dari sempurna serta belum lengkap. Banyak tulisan yang masih tersimpan di laptop saya dan belum saya upload. 

Mungkin juga ada yang mau berbagi cerita dan ilmu tentang dunia penulisan blog. Semoga semangat untuk terus menulis tidak padam sehingga saya bisa terus berkarya. Yuk mari saling berbagi pengalaman lewat tulisan. Terima kasih.

#SEMANGAT !! :)


KOPDAR 2 JOGJA GOWES

Yogyakarta tidak akan pernah kehabisan destinasi wisata menarik untuk dikunjungi. Entah itu destinasi wisata pantai, gunung, pegunungan, air terjun, desa wisata, candi, tempat wisata rohani dan lain-lain tersedia di daerah istimewa ini.
Bulan suci Ramadhan tahun ini tidak menyurutkan semangat tim Jogja Gowes untuk kembali mengadakan Kopdar (Kopi Darat). Dengan mengambil tujuan destinasi wisata yang tak jauh dari pusat kota, Kopdar kedua Jogja Gowes kembali diadakan. Museum Dirgantara Janti dan Masjid Gedhe Kauman adalah tempat yang akan dikunjungi.
Tim survey #Kopdar 2 telah mengumumkan bahwa acara akan diselenggarkan pada hari Minggu, 28 Juni 2015 dengan titik kumpul di Tugu Jogja pukul 15.30. Perjalanan akan dipandu oleh tim survey yang terdiri dari Mas Anjat, Mbak Dini, Pak Eko, Pak Yuda serta dek Alif.
Saat hari yang ditunggu tiba, saya menunggu pukul 15.15 WIB tiba. Saya sudah janjian dengan teman-teman goweser dari Godean untuk berangkat bersama. Pukul 15.15 kami janjian bertemu di Pertigaan Bantulan. Sudah hampir 10 menit saya menunggu di Pertigaan Bantulan tapi ga ada teman goweser yang datang. Karena ada salah paham mengenai tempat ketemu dari tim Godean, kami pun berangkat menuju Tugu sendiri-sendiri. Saya berangkat bersama Bung Tito, goweser yang rumahnya dekat dengan rumah saya.
Sayang sekali, saya sampai di Tugu pukul 15.10 dan sudah terlambat 10 menit dari keberangkatan tim Jogja Gowes. Saya tak sendirian, ada sekitar enam teman lain yang juga “ketinggalan rombongan”. Dua orang diantaranya adalah goweser dari Magelang yang berangkat dari sana pukul 12.00, salut.
Dengan bantuan dari mbak Dini (dia menelpon tim yang memimpin rombongan), “rombongan ketinggalan” ini mengejar ketertinggalannya. Mengikuti rute jalan yang sama dengan tim pertama yang berangkat, kami bertolak dari Tugu menuju arah Janti. Katanya ada yang akan menjemput kami di sana. Kami menyusuri Kotabaru, Langensari, jalan kampung timur Langensari, UIN, Jalan Adisucipto hingga belok ke kanan setelah Perempatan Janti. Sepanjang pengamatan kami, tak ada orang yang menjemput kami di Janti. Lantas, kami langsung saja tancap gas menuju ke destinasi.
#NJONDIL Selama di jalan, saya sering bersebelahan dengan Bapak yang hobi "njondhil" ini
Benar dugaan saya, “rombongan ketinggalan” ini selisih waktu agak lama dengan rombongan yang pertama datang karena rombongan kami sempat “kebablasan”.
Rombongan pertama sudah sempat berfoto-foto ria berlatar belakang pesawat di depan museum dan ada yang sedang mengunjungi dalam museum.Museum ini menyimpan koleksi benda-benda bersejarah yang berhubungan dengan kedirgantaraan. Tapi, bukan hanya benda-benda berukuran kecil saja yang tersimpan disana. Di dalam museum tersebut tersimpan banyak pesawat yang tentunya sangat menarik untuk diamati.
#Foto bareng rombongan pertama di depan museum

Letak Museum Dirgantara Yogyakarta tidak jauh dari pusat kota, sehingga museum ini sangat mudah untuk dijangkau. Museum dengan area yang sangat luas ini letaknya sekitar 200 meter dari Ring Road bagian timur, tepatnya di sekitar daerah Janti. Di dalam museum, para pengunjung juga dapat melihat-lihat foto-foto bersejarah, lambang-lambang Angkatan Udara, diorama sejarah, dokumen-dokumen dari masa perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan, dan masih banyak lagi. Jadi, para pengunjung dapat sekaligus belajar sejarah sambil berwisata.
#Suasana di dalam museum
Selain sekedar melihat-lihat koleksi pesawat yang ada di Museum Dirgantara Yogyakarta, para pengunjung juga diperbolehkan untuk mencoba naik ke beberapa jenis pesawat. Museum ini dibuka untuk umum setiap hari mulai dari pukul 08.30 sampai dengan pukul 15.00. Tapi, pada hari Senin dan hari libur nasional museum ini tutup. Harga tiket masuk ke museum  Rp. 3000,-  per orang. 

Puas mengambil banyak foto dan menikmati isi museum, kami lantas melanjutkan perjalanan menuju destinasi terakhir kami, Masjid Kauman. Kami melewati Jl. Kusumanegara dengan saling tunggu menunggu tentunya. Yang di depan tidak meninggalkan yang di belakang. Yang di tengah tidak membiarkan yang di depan atau pun di belakang. Tepat saat berbuka puasa tiba, rombongan kami pun juga sudah tiba di Masjid Gedhe Kauman. Goweser Muslim segera menunaikan ibadah sholat dan bergegas berbuka puasa. Setelah itu adalah acara bebas. Kami berbincang-bincang dan bersenda gurau dengan sesama goweser. Tidak lupa untuk mengabadikan acara hari ini dengan berfoto bersama :)

"Pencinta Alam", Bergeser Makna kah?

“Pencinta Alam”, Bergeser Makna kah?

Apakah Anda sering merasa risih ketika menjumpai sampah yang berserakan di sepanjang destinasi wisata yang Anda kunjungi? Apapun bentuk sampahnya, mulai dari sampah bungkus makanan minuman hingga sampah visual (poster, coret-coretan) pasti sampah itu membuat pemandangan jadi tidak enak dipandang. Ditambah lagi perusakan cagar alam oleh oknum-oknum tertentu yang menurut saya sudah di luar kewajaran.

Dalam kesempatan ini, saya hendak menyampaikan pandangan saya tentang apa yang kita kenal dengan istilah “pencinta alam” dengan merefleksikan pengalaman saya selama ini. Sejak saya duduk di bangku SMA, yang terlintas dalam benak saya akan “pencinta alam” adalah seseorang yang sangat kagum dan cinta dengan alam sehingga kelestarian alam pun dijaga. Mereka juga seorang yang tangguh bertahan hidup di alam karena mempunyai bekal keterampilan penyelamatan diri di alam bebas.

Kini sepertinya banyak orang yang kini berlomba-lomba menjadi “pencinta alam”. Banyak orang yang terbawa dalam euforia kegiatan piknik/jalan-jalan/tamasya/travelling. Dengan dalih mencintai alam, orang-orang kini banyak yang berkedok sebagai “pencinta alam sejati”. Berfoto ria dengan latar belakang tempat wisata  lantas mengunggahnya di media sosial untuk menunjukkan eksistensinya mencintai alam.

#Foto hanya sebagai ilustrasi :)

Sayangnya, kegiatan piknik ke berbagai wisata alam kini justru jauh dari pandangan saya tentang seorang “pencinta alam” yang sejati. Banyak pelancong yang justru membawa mudharat dan tidak membawa manfaat bagi alam. Sampah berserakan di setiap sudut tempat. Pelancong yang mengendarai kendaraan bermotor meningkat (polusi udara pun meningkat). Kerusakan alam akibat ulah manusia tak terelakkan lagi. Di sini saya tidak bermaksud menyudutkan atau menghakimi siapapun. Saya hanya ingin merefleksikan pengalaman saya selama ini. Kini istilah “pencinta alam” telah mengalami pergeseran makna. Banyak yang mengklaim diri sebagai pencinta alam karena sering melakukan aktivitas mendaki gunung, menyusuri pantai, menyusuri goa, dan lain-lain meski perilakunya tidak mencerminkan “pencinta alam sejati”. Lantas sudah pantaskah kita menjadi pencinta alam? 

Belum lama ini kita dikejutkan dengan peristiwa jebolnya tebing di Pantai Sadranan serta meninggalnya Erry Yunanto di kawah Merapi. Di saat banyak orang larut dalam hingar-bingar piknik ke pantai dan mendaki gunung, Tuhan menunjukkan kebesaran-Nya dengan mengingatkan umat-Nya.

Setelah saya merefleksikan semua pengalaman saya, kini yang jadi perhatian saya adalah bagaimana kita sebagai seorang pelancong bisa bertanggungjawab terhadap alam atau tempat yang dikunjungi. Tiap pelancong mempunyai cara masing-masing dalam mengunjungi destinasi wisata. Entah itu mau berwisata dengan bergowes ria, dengan “backpackeran” , atau pun dengan bergabung dengan paket wisata agen tertentu. Tujuan mengunjungi tempat wisata juga beragam; ada yang ingin mencari tantangan, mencari hiburan, observasi, liputan, dan lain-lain. Kegiatan foto-foto juga sah-sah saja karena tentu kita semua ingin mendokumentasikannya. Tak munafik, saya pun juga hobi foto di tempat wisata. Semua itu tidak ada yang dilarang karena yang terpenting adalah cara menunjukkan sikap bijak kita terhadap lingkungan.

Cukup belajar dari apa yang kita lihat dan bisa lakukan di tempat yang kita kunjungi. Di sini saya mencoba menjabarkan akan hal apa saja yang bisa kita lakukan di tempat yang dikunjungi untuk menjaga alam:
1.      Jangan meninggalkan sampah
Hal tersebut adalah hal sederhana yang bisa dilakukan untuk merawat lingkungan namun sering kali orang malas melakukan. Seberapa susahnya sih membuang sampah pada tempatnya? Sangat saya sarankan untuk membawa kantong plastik dari rumah untuk membuang sampah karena tidak semua tempat wisata menyediakan tempat sampah. Sampah dari bekal yang dibawa bisa dimasukkan ke tempat sampah atau ke kantong plastik (jika tidak disediakan tempat sampah).

2.      Memungut sampah yang berserakan
Meskipun bukan kita yang membuang sampah sembarangan, namun alangkah baiknya jika kita sadar diri untuk memungutinya. Jangan biarkan sampah menggunung. Ide kegiatan pungut sampah yang dicetuskan salah satu teman pesepeda, Wilian Bike, saya rasa sangat positif untuk menjaga kelestarian lingkungan. Lanjutkan nak :)


#Kegiatan pungut sampah

3.      Kurangi penggunaan plastik
Seperti yang kita tahu bahwa plastik itu susah diurai. Oleh karena itu, saya sarankan untuk membawa tas kain dari rumah untuk membawa bekal makanan dan minuman.
4.      Jangan meninggalkan coret-coretan
Untuk apa meninggalkan coretan pada tempat yang dikunjungi kalau hanya akan merusak lingkungan?
5.      Meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi alam
Tinggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi alam sebelum kita pulang. Kegiatan “Gerakan Oemoem 1 Maret Tanam Pohon” di hutan pinus yang diselenggarakan belum lama ini adalah contohnya. Gerakan penanaman pohon ini salah satu wujud dari kepedulian kita pada alam. Di kegiatan ini, masing-masing peserta mendapat satu bibit pohon bakau yang ditanam di hutan wisata Mangunan.

#Tanam pohon di Mangunan

Mungkin masih ada banyak upaya lain yang bisa kita lakukan di tempat wisata yang dikunjungi. Tujuannya sama, untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Pada dasarnya, alam berlaku adil terhadap manusia.Jika kita tulus mencintai alam dengan merawatnya, alam pun akan lebih mencintai kita. Cintailah alam sekarang juga sebelum alam akan menghukummu. Lantas, apakah kamu sudah layak menyebut diri sebagai “pencinta alam”? Atau hanya sekedar “penikmat alam”?


Sunday, 28 June 2015

Sang Inspirator

"JOGJA HARUS KEMBALI, 

Jangan lupa kawan nanti sore, tepatnya sabtu 20 juni 2015, jam 04.00 sambil ngabuburit,
JOGJAKU YO JOGJAMU, kita jadikan jogja istimewa, berbudaya dan indah selamanya, 
Kita turun ke alun alun kidul bersama sama, kita bersihkan sampahnya, 
Kumpul di alun alun kidul, di area pintu kraton
ATINE BECIK TINGKAH LAKUNE APEK, hatinya baik tingkahlakunya juga baik,
Jangan lupa bawa makanan sendiri,
Nanti kita sediakan minum untuk berbuka"

Terharu rasanya saat membaca postingan di Facebook seperti yang ada di atas dari salah satu rekan pesepeda. Namanya Wilian, dia pendatang baru di Yogyakarta. Baru berusia 20 tahun namun pemikirannya sangat dewasa. Di saat banyak orang tidak menaruh perhatian akan kelestarian lingkungan (terutama akan kepedulian pada sampah), dia dapat menggungah kesadaran banyak orang untuk melakukan hal kecil namun berdampak positif besar.

Meski kini tengah mengenyam pendidikan di salah satu universitas di Bandung, namun pemuda asal Sosrowijayan ini selalu merindukan Jogja yang bersih setiap pulang. Sampah yang bertebaran di sepanjang sudut kota Jogja sangat meresahkan hati Wilian yang biasa dipanggil Wili ini. Menurut saya, mereka yang membuang sampah sembarangan itu tidak kalah bodohnya dengan para (maaf) binatang. Mereka mempunyai otak namun tidak digunakan dengan bijak.


#WILI Sang Inisiator dan Inspirator


Tanpa ragu dan rasa malu, ia mengajak semua elemen masyarakat untuk bergerak memunguti sampah yang ada di beberapa kawasan strategis kota dengan julukan (konon katanya) Kota Pelajar dan Kota Budaya ini. Titik 0 km, alun-alun utara, dan alun-alun selatan adalah tempat-tempat yang pernah dipunguti sampahnya oleh Wili,dkk.

#Kembalikan kebersihan JOGJA ISTIMEWA

Niat untuk datang ke tempat tujuan dan memunguti sampah adalah syarat utama untuk bergabung dalam kegiatan Pungut Sampah ini. Tak ada pemimpin yang mengatur jalannya kegiatan ini. Semua turun ke lapangan memunguti sampah bersama-sama. Bagi yang datang awal dapat memulai memungut sampah terlebih dahulu.

#JANGAN MALU Jangan malu memungut sampah



Semoga kegiatan semacam ini tak hanya jadi kegiatan spontanitas yang disambut gayungnya oleh segelintir orang. Saya harap kegiatan garuk sampah ini juga bisa membentuk kebiasaan baik masyarakat untuk memungut sampah di mana pun. Jogja kelak akan jadi bersih, rapi dan enak dipandang. Masyarakatnya pun jadi semakin damai melihat Jogja yang semakin permai. Julukan Kota Pelajar dan Kota Budaya pun bisa disandingkan dengan julukan “Kota Bersih” kelak. Amin.

#TERIMA KASIH Terima kasih atas semua kesadaran, kerja sama dan itikad baiknya memungut sampah

Friday, 26 June 2015

JLFR (Jogja Last Friday Ride)

JLFR adalah singkatan dari "Jogja Last Friday Ride". Ditinjau dari namanya, “Last Friday” berarti “Jumat terakhir” dan “Ride” artinya di sini adalah “mengendarai sepeda”. Yap, JLFR adalah acara bersepeda para pecinta sepeda dengan rute seputar kota Jogja yang digelar pada hari Jumat di minggu terakhir tiap bulannya. Siapa pun boleh bergabung dalam kegiatan ini. Baik pesepeda dari komunitas tertentu maupun bukan, asal punya sepeda dan mau bersepeda. Simpel dan tanpa ada syarat lain. Pesertanya pun beragam mulai dari murid SD,SMP,SMA,mahasiswa, dan umum. Siapapun bisa meramaikan acara ini tanpa ada diskriminasi status sosial. Semua akan sama dalam setiap kayuhan sepeda.


#MERDEKA  Merdekakan pikiranmu, merdekakan kayuhan sepedamu 


Dimulai dari garis start di Stadion Kridosono, peserta JLFR akan bersepeda mengelilingi Kota Jogja dan berakhir di Jalan Mangkubumi. Tak ada pemimpin yang ditunjuk dalam parade sepeda ini. Semua akan mengayuh sepedanya bersama-sama dalam barisan. Para pesepeda yang tertib ini tak lupa berbagi jalan dengan kendaraan lain. Para pesepeda yang cinta damai ini juga tidak ugal-ugalan selama di jalan.


#RUANG Ruang ini milik bersama


JLFR membawa itikad baik bagi warga Yogyakarta. Acara rutin bulanan ini bisa menggugah kesadaran warga Yogyakarta untuk bersepeda sebagai alat transportasi dan sebagai sarana mengasyikkan untuk olah raga. Banyak manfaat yang didapat dari bersepeda. Polusi udara serta kemacetan berkurang, badan menjadi sehat, dan relasi pun bertambah :)

#JOGJA ORA DIDOL Jogja ora didol bung dan nona !!!



Tuesday, 23 June 2015

#LIFE

#LIFE This life is yours. Take everything you like and love it sincerely

#UJI NYALI

#UJI NYALI Menguji nyali untuk bersepeda ke puncak perbukitan Pundong bersama teman-teman ga ada salahnya kan?


Bersepeda ke Air Terjun Pundong

Yuk kembali bersepeda bersama mbak Dea :D
*Kembali meregangkan jari-jari tangan untuk menulis

Sekarang aku akan bercerita tentang pengalamanku bersepeda menjelajah Air Terjun Pundong. Aku kembali bersepeda dengan teman-temanku SMA yang kece, Primasta dan Rake. Pada Sabtu pagi yang cerah jam 5.30, aku dah siap menunggu Primasta di depan Pom bensin Kadipiro  (dekat rumah Primasta). Begitu Primasta muncul, kami melanjutkan perjalanan menuju arah Kasongan menjemput Rake. 

Setelah hampir sepuluh menit menunggu, Rake pun datang dan kami pun melanjutkan perjalanan.  Kami menyusuri hamparan sawah nan hijau di sepanjang pedesaan daerah Bantul. Jalan blusukan adalah andalan kami ketika gowes. Dengan mengandalkan GPS milik Rake, kami menerobos jalan-jalan kecil di kabupaten Bantul.

Kami berhenti sejenak di Perempatan Manding. Disana kami menunggu satu teman bernama Dito  untuk bergabung bersepeda bersama. Yak, setelah menunggu hampir 10 menit, Dito pun datang. Oke, lanjut ke perjalanan selanjutnya ya. Dari perempatan Manding kami bergerak menuju arah Pundong, lewat jalan blusukan tentunya. Saat kami melewati Jembatan gantung Pundong, kami mengambil beberapa foto sebentar. Kami ga mau melewatkan pemandangan keren dari jembatan ini. Jembatan yang menjembatani Desa Seloharjo dan Desa Srihardono dengan latar belakang perbukitan ini cukup bagus pemandangannya .

#PUNDONG BRIDGE Just go to the place where you want to go

Cukup puas mengambil foto di jembatan Pundong, kami bergerak ke arah kiri jembatan. Inilah tantangan sesungguhnya. Tanjakan datang satu per satu datang dan kami harus menaklukkannya. Puji Tuhan semua tanjakan berhasil kami taklukkan.

Kami melewati jalan kampung menuju air terjun Pundong. Jalanan beraspal yang kami lewati berubah jadi jalan berbatu dan licin ketika memasuki dusun Bobok Tempel, desa Seloharjo. Akses jalan yang berbatu dan licin cukup menyulitkan kami sehingga kami pun harus nuntun pit sampai ke tujuan.

Saat sudah sampai tujuan, kami cukup senang karena air terjunnya deras dan sepi pengunjung (meski hari Minggu tapi tetap sepi pengunjung). For your information, air terjun ini belum banyak dikenal. Masyarakat sekitar juga belum mengembangkannya sebagai obyek wisata. Sayang sekali menurutku karena air terjun ini cukup indah. Air terjunnya cukup tinggi dan airnya cukup deras. Aku berharap masyarakat sekitar segera tergerak untuk mengembangkan air terjun ini jadi destinasi wisata.

#DERAS Aliran air terjun yang sangat deras

Oya,di sana kami hanya bertemu dengan 2 bapak-bapak goweser dari daerah Malioboro. Kami berkenalan dan berfoto bersama. Matur nuwun pak atas perkenalannya.  Katanya no picture= hoax. Yuk pantengin foto-foto yang berhasil kami ambil di air terjun Pundong. Yuk asikin !!


#PADA WAKTUNYA Semua akan dimandikan pada waktunya




#WONDERFUL BUDDIES Rake, Primasta, Dito



Bersepeda ke Imogiri

Yuk ikut sepedaan bareng lagi xD

Kali ini aku akan ajak kamu sepedaan ke daerah Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Yuk mari siapkan sepedamu dulu!

Hari Minggu, 21 Juni 2015 aku kembali mengayuh sepeda ke daerah Bantul lagi. Dari rumahku di daerah perbatasan Gamping Godean ini, aku bergerak ke arah Jl.Parangtritis. Di Jalan Parangtritis (tepatnya di selatan Pojok Beteng Wetan), aku menunggu temanku kuliah (Kapuk) untuk sepedaan bareng. Setelah itu kami bergerak ke selatan untuk menunggu teman kami yang akan jadi guide dalam sepedaan kali ini. Kami menunggu teman kami, Rake di Jl.Parangtritis km. 8 (pertigaan Tembi) dan Rake datang 10 menit setelah kami menunggu xixixi.

Lengkap dengan semua personil (Dea, Rake, dan Kapuk), kami melanjutkan perjalanan ke arah selatan melewati Jl.Parangtritis. Sesampainya di perempatan Manding, kami belok arah ke kiri menuju arah Pundong. Inilah yang aku suka dari sepedaan pagi; udara segar, hamparan sawah nan hijau, dan jalanan yang masih sepi. Entah apa nama desa dari jalan-jalan yang aku lewati, yang aku pikirkan hanya menikmati sejuknya pagi itu.

Dari daerah Pundong, kami belok ke kiri menuju arah Imogiri. Jalan di pinggiran kali Opak lah yang dipilih oleh sang guide, Rake, dalam rute sepedaan kami. Jalan yang dilalui sangat sempit, benar-benar jalan setapak, jadi kami harus jalan satu-satu. Setelah melewati Bendungan Tegal di desa Kebonagung,Imogiri, kami kembali lewat jalan blusukan hingga akhirnya kami menemukan SMP 2 Imogiri di pinggir Jl.Siluk-Panggang. 



#BENDUNGAN TEGAL Keindahan bendungan Tegal di pagi hari


SMP 2 Imogiri ini jadi penunjuk terdekat menuju Jembatan Gantung Imogiri. Oiya, kalau dari arah kota, SMP 2 Imogiri ini dapat dijangkau melalui perempatan Giwangan lurus ke selatan atau Jl.Imoigiri Timur km. 15 hingga percabangan jalan dekat Pasar Imogiri yang baru, Ambil jalan ke kanan sekitar 3 kilometer mengikuti jalan tersebut dan akan ditemukan SMP 2 Imogiri itu. Lalu, ambil jalan ke kiri dan lurus ke timur sekitar 2 kilometer. Jalan masuk menuju jembatan gantung Selopamioro ini sangat indah. Hamparan sawah hijau di kiri dan kanan jalan serta dihiasi indahnya terasering persawahan di pegunungan-pegunungan. Kami berhenti sebentar untuk mengambil fotonya karena tak mau melewatkan pemandangan indah ini.


Puas foto-foto, kami melanjutkan perjalanan dan sampailah kami ke tempat tujuan yaitu Jembatan Gantung Selopamioro. Jembatan gantung Selopamioro ini berada di dusun Wunut, Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Dusun Wunut masuk desa Wisata Srikeminut, singkatan dari Sriharjo, Kedungmiri, dan Wunut. Jembatan ini merupakan akses masyarakat untuk menuju Panggang, Gunung Kidul. Dengan adanya Jembatan Selopamioro, masyarakat setempat tidak lagi harus memutar jalan atau melewati Sungai Oya.


#JEMBATAN GANTUNG Jembatan gantung Selopamioro yang berguna bagi masyarakat setempat


Pemandangan di sekitar jembatan gantung ini bikin mata jadi seger. Jembatan yang berwarna kuning ini berdiri tegak membelah sungai Oya dengan perbukitan krast dan sawah hijau di kiri dan kanannya membuat mata dan pikiran jadi segar kembali. Inilah beberapa foto yang berhasil saya abadikan disana.

Oya, banyak orang yang cari akik lho di Sungai Oya ini. Banyak orang berbondong-bondong ke Sungai Oya mencari batu akik. Bahkan orang-orang dari luar Jogja juga mencari batu akik di Sungai Oya lho. Konon katanya sih, batu akik dari Sungai Oya ini bisa berharga ratusan juta rupiah. Woow. Kami sih disana cuma menikmati indahnya pemandangan sambil foto-foto, kami ga sempet cari batu akik. Takut jadi kaya kalau dah punya koleksi banyak batu akik. Heheu.





Jembatan gantung yang masuk di dusun Wunut ini masuk di desa wisata Srikeminut (singkatan dari dusun Sriharjo, Kemiri, dan Wunut). Desa wisata itu mengandalkan wisata budaya, seperti klotekan, gejek lesung, ketoprak, karawitan, campursari, dan jatilan. Di sini, juga tersedia aneka makanan tradisional. Beberapa obyek wisata lain yang dikembangkan adalah Air terjun Watulawang dan terasiring Sangupati.

Friday, 19 June 2015

DEA dan sepeda.....


GOWES. Awalnya istilah itu terdengar asing bagiku.  Yah biasanya sih sepedaan di sekitar dekat rumah kayak nyepeda ke gereja, nyepeda ke rumah tetangga, nyepeda ke warung dan paling jauh nyepeda ke pasar Godean. Hahaha. Cetek sekali ilmu pergowesanku.

Bermula dari kekagumanku pada salah satu teman SMA bernama Primasta Mahardika Kristami (sebut saja namanya Prima) yang hobi bersepeda dan sering mengunggah foto-foto gowesnya di Facebook. “Ah keren sekali, anak cewe kuat bersepeda sampai jauh-jauh”, pikirku waktu itu. KECE BADAI kalau istilahnya anak muda zaman sekarang. Karena penasaran, aku kepo foto-foto gowesnya di FB. Woooplaa, tergugahlah hatiku buat mencari tantangan baru yaitu sepedaan ke destinasi-destinasi wisata (*ga cuma sepedaan beli sayur :p)



Aku dan Primasta saat menaklukkan tanjakan-tanjakan menuju Goa Jepang Pundong


Ga lama kemudian, aku mencoba hubungi Primasta lewat chat FB (*ga pernah sekelas & se-ekskul sama dia pas SMA jadi ga punya nomornya). Sempet hopeless juga karena dia baru bales chat-ku hampir  2 minggu kemudian. Kami pun tukar menukar kontak HP. Waktu aku hubungi via SMS dan Whatsapp kembali tak ada jawaban. Yaah hopeless lagi deh. Kamu sibuk bingits sih prim :D. Usut punya usut ternyata dia ga punya pulsa waktu itu :D setelah dia punya pulsa sms & paketan internet, kami saling kontak via BBM dan merencanakan kopdar pertama kami.

Primasta ngajak gowes ke hutan pinus sebagai destinasi kopdar pertama kami. BUSET! Aku yang belum pernak nanjak-nanjak ini langsung menolak ajakannya. Sorry ye prim, aku mah apa atuh xD. Finally, ajakan Prima ke jembatan gantung Imogiri aku terima.

Di Sabtu pagi yang cerah (awal Februari 2015), pasukan tiga serangkai temen SMA (Dea,Primasta, dan Rake) siap menuju destinasi kopdar perdana kami. Jam 5.30 aku nunggu Primasta di Perempatan Bugisan. Lalu kami bertolak ke selatan menuju Kasongan untuk menemui Rake disana. Kami pun mengayuh sepeda pelan-pelan menyusuri jalan-jalan kampung. Rute yang kami lalui yaitu dari Kasongan melewati Sewon,lalu ke Jetis, lalu menuju Palbapang, lalu melewati Jembatan gantung Pundong. Setelah melewati jembatan gantung Pundong, perjalanan dilanjutkan melewati perbukitan-perbukitan yang ada di Pundong (arah ke Goa Cerme). Mampus dah goweser amatiran kayak aku harus melewati beberapa tanjakan yang bikin kewer-kewer, yah emang namanya pengalaman itu guru yang paling berharga yah, karena belum terbiasa ngelewatin tanjakan jadinya ya gini deh, kewer-kewer oleh tanjakan-tanjakan. Primasta & Rake mah bisa dengan santainya melahap tanjakan, Sumpeh rasanya pengen nangis. Bukan pengen nangis karena harus nuntun, tapi pengen nangis karena sedih deh udah ngecewain kedua temenku itu *sok drama biar so sweet dikit.

Setelah sukses melewati semua tanjakan, kami pun mampir di warung dekat pasar Imogiri. Kami memutuskan tidak melanjutkan perjalan ke Jembatan gantung Imogiri karena sudah hampir siang dan saya ada kewajiban ngelesin jam 12 siang. That was so sad to say,,I was so sorry to Primasta and Rake at that time. I have made you all disappointed.


DEA dan....

Dea dan keluarga

Terlahir atas buah cinta pasangan Bp. Yohanes Suhardjo dan Ibu Christiana Sri P pada hari Senin Wage, 25 Mei 1992 di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta (*katanya). Wuaow, bisa diitung sendiri kan berarti sekarang umurku dah berapa -,-. Ah aku ga mau tau umurku sekarang berapa, pokoknya aku pengen muda terus. Titik. *ngeyel.

Aku anak kedua dari dua bersaudara. Ragil dan anak wedok dhewe (bungsu dan satu-satunya anak perempuan), begitulah istilahnya dalam bahasa Jawa. Itulah mengapa ibuku “sedikit protektif” denganku karena ga ingin terjadi hal-hal tak diinginkanpada anak bungsu perempuannya ini.

Kedua orang tuaku bekerja sebagai pegawai pemerintah. Yah, kami bersyukur meski bukan keluarga kaya namun keluarga kami selalu berkecukupan. Bapak sudah pensiun sejak tahun 2012 dari pekerjaannya sebagai guru BK di SMP 1 Kasihan Bantul (*padahal tampang bapak ga ada tampang guru BK sama sekali xD). Ibu masih aktif bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di SMA Pangudi Luhur Sedayu Bantul (masa pensiunnya 4,5 tahun lagi).

Michael Yesse Prabandaru adalah nama lengkap kakakku satu-satunya. Terlahir pada tanggal 8 Juni 1988 sehingga membuat aku dan masku nyambung dalam membicarakan banyak hal. Namun, aku dan masku punya banyak perbedaan sifat, karakter, dan hobi. Ingin tau apa saja perbedaannya? *ikuti saja update selanjutnya di blog ini ^_^

Kami bahagia sebagai keluarga berencana yang berhasil ini (2 anak cukup). Hahhaha. Sampai sekarang kami masih tinggal serumah berempat. Hal itulah yang membuat rumah kami cukup ramai, ramai akan canda tawa kadang ramai akan perbedaan pendapat *namanya juga kehidupan.

    Saya dan keluarga

SOREN-SOREN GOLEK KRINGET > EMBUNG SEYEGAN

GNC atau kepanjangannya Godean Ngepit Community adalah komunitas sepeda yang aku ikuti. Ya, sesuai namanya, klub sepeda ini mewadahi para pehobi sepeda di kawasan Godean dan sekitarnya. Apapun jenis sepedanya bisa bergabung. Mulai dari sepeda road bike, sepeda MTB (sepeda gunung), sepeda lipat, sepeda BMX, sepeda hybrid, bahkan sepeda onthel pun bisa ikut mejeng bareng GNC.



 Minggu, 14 Juni 2015 GNC kembali punya hajatan. Mengambil waktu 4 hari sebelum bulan puasa, GNC mengadakan acara “Soren-soren Golek Kringet ke Embung Seyegan,Sleman”. “Soren-soren golek kringet (bahasa Jawa)” dalam bahasa Indonesia berarti “mencari keringat sore-sore” (dengan bersepeda tentunya :D). Para peserta acara harus kumpul dulu di Kecamatan Godean pukul 15.00 WIB *ya iyalah masak mau sepedaan sendiri. Yuk ikut olahraga sepedaan bareng embak Dea:D



                                                      

                         *Katanya sih ini poster yang dibuat untuk mengajak semua anggota                                        GNC ( konon katanya anggotanya 3000an) ikut acara ini


Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 15.15 WIB, aku mengeluarkan sepeda MTBku yang bermerk Genio (abaikan merknya , ga setenar Polygon :p) dari garasi. *Oiya dink, kumpulnya kan jam 15.00 yak hihi :P. Aku mampir rumah Isna, tetanggaku yang akan ikut bareng aku. Dia meminjam sepedaku karena sepedanya sedang rusak. Kami berangkat bersama berdua dari dusun kami, Mejing Lor menuju titik kumpul di Kecamatan Godean.


 Sesampainya di Kecamatan Godean pukul 15.40, kami disambut cowok-cowok ganteng GNC yang sudah datang lebih dulu. Seperti dugaanku pasti hanya akan ada sedikit “srikandi” dalam setiap acara gowes bareng :D. Ada berbagai jenis sepeda yang bergabung dalam acara gowes bareng ini, antara lain sepeda tinggii banget, sepeda fixie, sepeda lipat, sepeda MTB dan ada juga sepeda onthel. Satu persatu goweser datang, sampai akhirnya goweser terakhir datang maka kami pun siap pancal menuju tempat tujuan :D

 Kami berjalan dengan rapi dan teratur tanpa membuat onar di jalanan. Rute yang kami tempuh melalui sepanjang Jalan Godean lalu sebelum Pasar Godean belok kiri melewati sepanjang desa-dedsa di Godean. Di sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan hamparan sawah nan hijau dan indah. Pegunungan-pegunungan di sekitar Seyegan pun ikut mempercantik suasana sore hari itu ditemani sinar sang surya yang hendak terbenam.


#BERSYUKUR Beruntung sekali di daerah Godean masih ada "sedikit lahan perswahan" yang bisa dinikmati sambil pit-pitan soren-soren golek kringet


Kami berjalan melewati desa-desa sepanjang sampai akhirnya kami menyusuri sepanjang selokan Mataram yang sudah masuk kecamatan Seyegan. Dari Selokan Mataram kami berjalan lurus ke arah utara. Hamparan sawah hijau yang luas tak henti-hentinya menyegarkan mata kami sepanjang perjalanan. Begitu sampai di perempatan Seyegan, kami belok kiri dan terus menuju ke arah utara hingga sampai di dusun Krapyak desa Margoagung. Masuk ke jalan menuju dusun Krapyak kurang lebih 700 meter hingga akhirnya kami sampai di Embung Seyegan.

Ternyata banyak anak-anak kecil sekitar sana yang bersepeda ke embung itu juga. Kami pun menyenderkan sepeda kami lantas menikmati keindahan embung ini. Aah tempat ini indah sekali. Keindahan terpancar dari bayang-bayang pohon-pohon di sekitar embung yang terkena pantulan sinar sang surya yang hendak terbenam. So beautiful :*. Keberadaan embung ini diharapkan mampu mencukupi kebutuhan akan sumber daya air terutama pada sektor pertanian. Pasalnya, Seyegan merupakan daerah pengembang pertanian di Kabupaten Sleman.

#BAYANG-BAYANG

Ketika bayang-bayang pohon-pohon itu mempercantik Embung Seyegan di kala senja :*


Tak lupa kami berfoto-foto ria bersama-sama dengan latar belakang Embung Seyegan di kala senja. Sebelum pulang, kami foto bareng-bareng lagi karena kami bertemu temen-temen dari Umbulharjo Ngepit.Puas dah bisa menikmati indahnya embung Seyegan dan foto-foto, kami cabut undur diri dari Embung Seyegan. See you next time, embung Seyegan :)








#BAYANG-BAYANG

#BAYANG-BAYANG


Ketika bayang-bayang pohon-pohon itu mempercantik Embung Seyegan,Sleman di kala senja.... :*


Thursday, 18 June 2015

SUMBANG SARAN UNTUK MENGATASI PERUBAHAN SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini baru menjadi sorotan yang cukup tajam baik oleh kalangan pendidik, siswa maupun masyarakat pada umumnya.Pembicaraan bukan pada sisi positifnya melainkan cenderung ke hal-hal yang bersifat negatif. Carut-marutnya dunia pendidikan di Indonesia menghiasi  berbagai masmedia baik cetak maupun elektronik.

Sistem pendidikan di  bumi tercinta ini memang belum stabil yang ditandai dengan munculnya kekacauan sistem yang berlaku selanjutnya berimbas pada ketidakberhasilan siswa dalam perolehan hasil akhir lewat jalur formal .Hari ini Unas Paket A dan B Digelar, 60% Peserta dari Pendidikan Formal. ( Kedaulatan Rakyat ,Selasa Wage 26 Juni 2007 ).  Dari data ini menunjukkan bahwa siswa yang gagal dalam menempuh Unas secara formal cukup banyak.Ketidakberhasilan ini pasti aka menambah parahnya situasi yang memang sudah kacau sebelumnya.

Mengapa hal ini bisa terjadi?
Marilah kita tengok kembali apakah sebenarnya maksud pendidikan itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua , pendidikan adalah proses  pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran  dan latihan, proses, perbuatan, cara mendidik. Selanjutnya untuk mendewasakan manusia muda membutuhkan cara yang sesuai dan untuk memperoleh hasil yang maksimal , dibutuhkan  kerja sama dari berbagai pihak. Sedangkan kurikulum itu sendiri adalah kerangka  sebagai wadah yang dipakai sebagai acuan oleh para pelaku  pendidikan untuk memudahkan dan menyeragamkan hal-hal yang akan dicapai. Kurikulum menjadi pedoman kea rah mana  pendidkan akan dibawa.

Dalam perjalanan ternyata kurikulum mudah sekali berubah. Komentar yang  sering terdengar berkaitan dengan hal itu , “ Ah, biasa , ganti menteri ya ganti kebijakan alias ganti kurikulum.”
Perubahan ini semula dilakukan dengan alasan  memperbaiki sistem pendidikan dan meningkatkan  kualitas sumber daya  manusia . Namun kenyataannya pergantian kurikulum kurang memberikan perubahan seperti yang diharapkan , bahkan terkesan kurang dipersiapkan secara matang sehingga terjadi kekacauan. Hal ini bias kita lihat dari para guru yang secara tidak sadar berkeluh kesah kepada siswa tentang  kebingungannya menyikapi kurikulum baru .

Kita sebagai siswa yang dijadikan objek dalam pendidikan hanya bisa  bertanya-tanya, “ Apa sebenarnya maksud pergantian kurikulum ini ?” Yang bisa kita rasakan adalah semakin repot dan tentu saja  yang lebih pusing adalah  para guru kita.. Belum selesai mencermati kurikulum yang baru saja berlaku tiba-tiba harus ganti dengan yang baru. Seperti yang kita  ketahui sekarang ini , para guru baru saja mencoba  mengakrabi  Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) bahkan belum bisa menemukan  solusi yang tepat untuk menyikapi  pelaksanaan ujian yang memunculkan  beberapa  protes yang banyak dimuat di  beberapa  waktu  yang lalu , tiba-tiba ada instruksi bahwa  setiap sekolah wajib  dan harus menerapkan  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  ( KTSP )  yang terkesan  terburu-buru.  Munculnya KTSP ini pun tak urung menuai banyak pro dan kontra.

Perubahan ini dilakukan  dengan harapan mengejar ketertinggalan dengan Negara lain.  Dengan adanya globalisasi mampu membuka cakrawala berpikir masyarakat secara global . Apa yang terjadi di luar negeri dan dianggap baik bisa memberi aspirasi kepada sementara masyarakat kita untuk menerapkan di Negara kita  ( Suprapto, 2005)

Padahal sebenarnya  kita bisa menempuh debgan cara lain yang lebih arif. Frans Magnis Suseno seorang tokoh pendidikan  berpendapat bahwa ,Pendidikan  bukan semata soal “policy”. Pendidikan adalah sebuah keberanian untuk takut, kita harus berani untuk melakukan jalan lain . Masalah pendidikan yang ada di Indonesia cukup berlimpah, tapi perlu segera dibenahi dan yang paling penting adalah sektor pendidikan dasar 9 tahun bisa dinikmati  semua bangsa  dan tujuan pendidikan perlu ditinjau kembali.(Magnis, 2006)

Pro kontra  adanya  perubahan sistem pendidikan  sulit untuk diberikan jalan tengah., terbukti dengan terus adanya perubahan yang  relatif cepat.
Sampai sekarang ini Indonesia sudah mengalami perubahan  sebanyak delapan kali , pertama tahun l947 kemudian  tahun l952, tahun l968  dilanjutkan tahun l975, tahun l984, tahun l994 selanjutnya kurikulum 2004 dan dilanjutkan  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.(Drs.Sudaryono, 2006 )
Dengan kurikulum yang terakhir ini harapannya semua sekolah harus mengembangkan kurikulum masiong-masing. Menurut para guru ,  beliau  diberi  kebebasan  mengembangkan  sendiri-sendiri sesuai  dengan karakteristik daerah, lingkungan dan kondisi siswanya.

Menyikapi hal ini T.Riyanto  dalam buku Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi  memberi solusi :Akan lebih senang jika pembelajaran memiliki ciri bertujuan mengembangkan daya imajinasi  dan mengembangkan  ketrampilan berkomunikasi, mengembangkan perasaan seseorang untuk menghadapi  realitas kehidupan. ( T.Riyanto, 2002 )

Dengan cara yang diberikan oleh Riyanto di atas harapannya  kurikulum tidak lagi  mudah berubah karena  guru bisa bebas berkreasi , mengembangkan  wiri sesuai profesi . Sebaliknya siswa  yang menerima beban kurikulum  tidak merasa tertekan  dan kadang  merasa kasihan jika mendengarkan  keluh kesahnya guru – guru  dalam melaksanakan tugas dan yang paling berat adalah  dalam penentuan kelulusan.
Memang  sistem pendidikan  di  negara kita  belum stabil, perubahan terus mengikuti seiring dengan bergantinya  kepemimpinan , seolah-olah  mengikuti selera pemimpinnya.  Meski  semua itu  belum tampak adanya  perubaha ke  arah yang lebih  maju.

Tentu saja hal ini membutuhkan penanganan yang serius  dari para pelaksana pendidikan . Seterusnya kita para pelajar  sudah semestinya  ikut ambil bagian dalam mewujudkan sistem pendidikan yang mantap  dengan cara rajin belajar,  kritis  untuk memecahkan permasalahan  dan siap  melaksanakan tugas dalam  menghadapi tantangan zaman.

Sebaiknya kita tidak perlu risau  sebab  justru akan menjadikan  diri kita ogah-ogahan  tak punya semangat  yang akan membuat pola pikir pelajar terbelenggu  dengan suasana yang serba semu. Begitu pula para guru bisa bebas  mengembangkan kreasinya  tanpa dibebani  urusan  perubahan kurikulum  dan  pendidikan di Indonesia  menjadi  lebih cerah.. Semoga !