“Pencinta
Alam”, Bergeser Makna kah?
Apakah Anda sering merasa risih ketika
menjumpai sampah yang berserakan di sepanjang destinasi wisata yang Anda
kunjungi? Apapun bentuk sampahnya, mulai dari sampah bungkus makanan minuman
hingga sampah visual (poster, coret-coretan) pasti sampah itu membuat
pemandangan jadi tidak enak dipandang. Ditambah lagi perusakan cagar alam oleh
oknum-oknum tertentu yang menurut saya sudah di luar kewajaran.
Dalam kesempatan ini, saya hendak
menyampaikan pandangan saya tentang apa yang kita kenal dengan istilah “pencinta
alam” dengan merefleksikan pengalaman saya selama ini. Sejak saya duduk di
bangku SMA, yang terlintas dalam benak saya akan “pencinta alam” adalah
seseorang yang sangat kagum dan cinta dengan alam sehingga kelestarian alam pun
dijaga. Mereka juga seorang yang tangguh bertahan hidup di alam karena
mempunyai bekal keterampilan penyelamatan diri di alam bebas.
Kini sepertinya banyak orang yang kini berlomba-lomba
menjadi “pencinta alam”. Banyak orang yang terbawa dalam euforia kegiatan
piknik/jalan-jalan/tamasya/travelling. Dengan dalih mencintai alam, orang-orang
kini banyak yang berkedok sebagai “pencinta alam sejati”. Berfoto ria dengan
latar belakang tempat wisata lantas
mengunggahnya di media sosial untuk menunjukkan eksistensinya mencintai alam.
#Foto hanya sebagai ilustrasi :)
Sayangnya, kegiatan piknik ke berbagai
wisata alam kini justru jauh dari pandangan saya tentang seorang “pencinta
alam” yang sejati. Banyak pelancong yang justru membawa mudharat dan tidak membawa manfaat bagi alam. Sampah berserakan di setiap
sudut tempat. Pelancong yang mengendarai kendaraan bermotor meningkat (polusi
udara pun meningkat). Kerusakan alam akibat ulah manusia tak terelakkan lagi. Di
sini saya tidak bermaksud menyudutkan atau menghakimi siapapun. Saya hanya
ingin merefleksikan pengalaman saya selama ini. Kini istilah “pencinta alam”
telah mengalami pergeseran makna. Banyak yang mengklaim diri sebagai pencinta
alam karena sering melakukan aktivitas mendaki gunung, menyusuri pantai,
menyusuri goa, dan lain-lain meski perilakunya tidak mencerminkan “pencinta
alam sejati”. Lantas sudah pantaskah kita menjadi pencinta alam?
Belum lama ini kita dikejutkan dengan
peristiwa jebolnya tebing di Pantai Sadranan serta meninggalnya Erry Yunanto di
kawah Merapi. Di saat banyak orang larut dalam hingar-bingar piknik ke pantai
dan mendaki gunung, Tuhan menunjukkan kebesaran-Nya dengan mengingatkan
umat-Nya.
Setelah saya merefleksikan semua pengalaman
saya, kini yang jadi perhatian saya adalah bagaimana kita sebagai seorang
pelancong bisa bertanggungjawab terhadap alam atau tempat yang dikunjungi. Tiap
pelancong mempunyai cara masing-masing dalam mengunjungi destinasi wisata.
Entah itu mau berwisata dengan bergowes ria, dengan “backpackeran” , atau pun
dengan bergabung dengan paket wisata agen tertentu. Tujuan mengunjungi tempat
wisata juga beragam; ada yang ingin mencari tantangan, mencari hiburan,
observasi, liputan, dan lain-lain. Kegiatan foto-foto juga sah-sah saja karena
tentu kita semua ingin mendokumentasikannya. Tak munafik, saya pun juga hobi
foto di tempat wisata. Semua itu tidak ada yang dilarang karena yang terpenting
adalah cara menunjukkan sikap bijak kita terhadap lingkungan.
Cukup belajar dari apa yang kita lihat
dan bisa lakukan di tempat yang kita kunjungi. Di sini saya mencoba menjabarkan
akan hal apa saja yang bisa kita lakukan di tempat yang dikunjungi untuk
menjaga alam:
1. Jangan meninggalkan sampah
Hal
tersebut adalah hal sederhana yang bisa dilakukan untuk merawat lingkungan
namun sering kali orang malas melakukan. Seberapa susahnya sih membuang sampah
pada tempatnya? Sangat saya sarankan untuk membawa kantong plastik dari rumah untuk
membuang sampah karena tidak semua tempat wisata menyediakan tempat sampah. Sampah
dari bekal yang dibawa bisa dimasukkan ke tempat sampah atau ke kantong plastik
(jika tidak disediakan tempat sampah).
2. Memungut sampah yang berserakan
Meskipun
bukan kita yang membuang sampah sembarangan, namun alangkah baiknya jika kita
sadar diri untuk memungutinya. Jangan
biarkan sampah menggunung. Ide
kegiatan pungut sampah yang dicetuskan salah satu teman pesepeda, Wilian Bike,
saya rasa sangat positif untuk menjaga kelestarian lingkungan. Lanjutkan nak :)
#Kegiatan pungut sampah
3. Kurangi penggunaan plastik
Seperti
yang kita tahu bahwa plastik itu susah diurai. Oleh karena itu, saya sarankan
untuk membawa tas kain dari rumah untuk membawa bekal makanan dan minuman.
4. Jangan meninggalkan coret-coretan
Untuk
apa meninggalkan coretan pada tempat yang dikunjungi kalau hanya akan merusak
lingkungan?
5. Meninggalkan sesuatu yang
bermanfaat bagi alam
Tinggalkan
sesuatu yang bermanfaat bagi alam sebelum kita pulang. Kegiatan “Gerakan Oemoem
1 Maret Tanam Pohon” di hutan pinus yang diselenggarakan belum lama ini adalah
contohnya. Gerakan penanaman pohon ini salah satu wujud dari kepedulian kita
pada alam. Di kegiatan ini, masing-masing peserta mendapat satu bibit pohon
bakau yang ditanam di hutan wisata Mangunan.
#Tanam pohon di Mangunan
Mungkin masih
ada banyak upaya lain yang bisa kita lakukan di tempat wisata yang dikunjungi.
Tujuannya sama, untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Pada dasarnya,
alam berlaku adil terhadap manusia.Jika kita tulus mencintai alam dengan
merawatnya, alam pun akan lebih mencintai kita. Cintailah alam sekarang juga
sebelum alam akan menghukummu. Lantas, apakah kamu sudah layak menyebut diri
sebagai “pencinta alam”? Atau hanya sekedar “penikmat alam”?